Baik dan Buruk serta keutamaan Akhlak
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam mempelajari Ilmu Akhlak
seringkali kita berjumpa dengan istilah baik, dan buruk. Pengertian beserta
prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya merupakan suatu keharusan bagi kita
untuk mengetahuinya, hal ini agar dalam kita bertindak sesuai dengan etika dan
akhlak yang baik. Hal ini tidak lain agar kita dapat membedakan mana akhlak
yang baik mahmudah, dan mana akhlak yang
buruk madzmumah. Dengan kita mengetahui manakah akhlak yang
baik dan mana akhlak yang buruk, maka kita dapat memilah untuk menjalankan
akhlak-akhlak yang baik dan benar.
Dalam kasampatan ini kami akan
mengulas sedikit tentang baik, buruk beserta ukurannya, keutamaan akhlak, dan
pembagian akhlak mahmudah dan madzmumah. Dengan rangkaian rumusan masalah
sebagia mana tertulis pada poin dua.
2. Rumusan Masalah
a.
Pengertian
Baik dan Buruk beserta ukurannya
b.
Pokok-pokok
keutamaan Akhlak
c.
Akhlak
mahmudah dan Akhlak Madzmumah
BAB
II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Baik dan Buruk beserta
ukurannya
Pengertian
“baik” menurut Ethik adalah sesuatu yang berharga untuk suatu tujuan.
Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apabila yang
merugikan, atau yang meyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah “buruk”.[1]
Sedangkan menurut hamka sebagaimana katanya,”orang telah semufakat bahwa yang
baik adalah yang lebih kekal faedahnya,meskipun menyusahkan di waktu kini.Yang
buruk ialah yang membawa celaka,meskipun senang kelihatannya sekarang”[2]
Pada
pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relatif,baik bagi seseorang
belum tentu baik bagi orang lain.Sesuatu yang baik bagi seseorang apabila hal
itu sesuai dan bermanfaat untuk tujuannya. Akantetapi mungkin hal itu juga
buruk bagi orang lain, karena hal tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya.
Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda, bahkan ada yang saling
bertentangan, sehingga sesuatu yang berguna bagi seseorang belum tentu berguna
bagi orang lainnya.[3]
Sedangkan
menurut faham Utiliterisme landasan memilih tindakan mana yang betul adalah
sebagai berikut: pertama, ukuran
sebuah moralitas dari sebuah tindakan manusia adalah melihat akibat-akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
Apabila akibat yang dilakukan itu baik, maka tindakan tersebut secara moral
betul, sebaliknya apabila tindakan itu akibatnya tidak baik, maka tindakan
tersebut menjadi salah.
Kedua, akibat yang disebut baik adalah
yang berguna. Sedangkan yang dimaksud berguna adalah kegunaan yang menunjang
apa yang bernilai pada dirinya sendiri, yang baik pada dirinya sendiri.
Ketiga, yang baik pada dirinnya sendiri
adalah kebahagiaan. Oleh karena itu tindakan yang betul dalam arti moral adalah
yang menunjang kebahagiaan. Sedangkan yang dimaksud paham ini adalah nikmat dan
kebebasan dari perasaan yang tidak enak, karena dua hal itu termasuk yang
selalu diinginkan oleh manusia.
Keempat, utilitarisme menuntut agar
seseorang selalu mengusahakan akibat baik atau nikmat sebanyak-banyaknya.[4]
Tujuan
dari masing-masing sesuatu,walaupun berbeda-beda,semuanya akan bermuara pada
satu tujuan yang di namakan baik, semua mengharapkan mendapatkan yang baik dan
bahagia ,tujuan akhir yang selama ini dalam ilmu ethik “ Kebaikan Tertinggi “,
yang dalam istilah latin dinamakan Summum
Bonum atau bahasa Arabnya Al-Khair
al-Kully, atau disebut juga kebahagiaan yang universal.
Sedangkan
menurut akhlak Islam, perbuatan itu selain baik juga harus benar, yang benarpun
harus baik. Karena dalam Ethik yang benar belum tentu baik dan yang baik belum
tentu benar. Seperti halnya menasehati menjadi baik adalah benar, akan tetapi
apabila menasehatinya dengan cara mengejek atau mencaci adalah tidak baik.
Dari
berbagai pendapat di atas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa suatu hal
dapat dikatakan baik apabila baik untuk tujuan kita yang kekal, walaupun
menyusahkan diwaktu sekarang, dan merupakan perbuatan yang benar menurut agama
dan sosial. Sedangkan buruk apabila hal tersebut akan menghambat untuk mencapai
tujuan kita dan tidak memberikan kemanfaatan bagi kita untuk di waktu yang akan
datang.
b. Pokok-pokok Keutamaan Akhlak
Menurut
adam smith keutamaan akhlak atau moral berkaitan dengan tindakan atau perilaku
yang pantas dikagumi dan disanjung. Tindakan yang mengandung keutamaan pantas
dikagumi karena tindakan tersebut benar-benar hebat, luar biasa, dan
mengagumkan. Tindakan seperti itu berada pada tataran yang jauh melampaui
tataran tindakan yang vulgar dan biasa. Karena itu keutamaan bersifat unggul
dan mengagumkan atau suatu kualitas yang luar biasa.[5]
Menurut
Hamka “yang lebih utama ialah orang yang berpendirian sederhana, dipikirkannya
kepentingan kaum dan keluarganya dengan kepentingan kaum dan bangsa, dan
masyarakat umumnya. Tumbuh rasa di dalam hatinya bahwa sebagai orang hidup dia
wajib berbuat baik kepada segenap yang bernyawa, manusia atau binatang, dan
dirinya sekalipun”.[6]
Sedangkan
beberapa filosuf mengungkapkan beberapa pendapat antara lain, Leibnizt
mengatakan, “ keutamaan ialah suatu kesenian, di dalam mencapai kebahagiaan
diri sendiri, dengan jalan membahagiakan orang lain.” Aristoteles mengatakan,
“keutamaan itu ialah membiasakan berbuat baik.”
Filosuf lain mengatakan , “keutamaan itu ialah melakukan kewajiban
lantaran telah teradat dan telah dibiasakan.” Filosuf lain juga barpendapat
bahwa, “keutamaan ialah mengorbankan segenap tenaa untuk mengerjakan petnjuk
akal yang waras, timbul dari rasa cinta dan pengharapan.”[7]
Plato
membagi macam-macam keutamaan menjadi empat bagian besar yang menjadi pokok
sebagian hal yang utama, yaitu: Pertama, menjaga
diri agar tidak mengerjakan yang salah. Kedua,
Berani menegakkan kebenaran. Ketiga, Tahu
rahasia hidup dari pengalaman. Keempat, Sederhana
dalam segala perkara.
Sedangkan
hamka menjelaskan keutamaan yang dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu al-Hikmah, al-Saja’ah, al-‘Iffah, al-Adalah sebagai
berikut.
1.
Al-Hikmah
Hamka
mengatakan, “hikmah itu bahasa Arab, yang dalam bahasa Indonesia boleh
diartikan rahasia.” “Hikmah ialah keadaan batin yang dengan hikmar dapat mengetahui
mana yang benar dan mana yang salah segala perbuatannya yang berhubungan dengan
ikhtir.” Sedangkan socrates berpendapat, “hikmat adalah jauh pandangan, dalam
pengertian, kena ditujunya bila dia menahan hati kebenaran.”
2.
Al-Saja’ah
Hamka
mengatakan, “saja’ah, ialah kekuatan gadhab (marah) itu dituntut oleh akal,
baik majunya dan mundurnya”. Seperti saat kita marah, kita dapat
menangendalikan kemarahan kita menggunakan akal kita.
3.
Al-iffah
Hamka
mengatakan, “’iffah artinya pandai
mengendalikan diri sendiri.” Pandai mengendalikan diri yang dimaksud di sini
adalah dapat menguasai diri pada saat melakukan tindakan.
4.
Al-‘Adalah
Hamka
mengatakan, “Sedangkan yang dimaksud dengan “adl (adil) adalah keadaan nafs,
yaitu sesuatu kekuatan batin yang dapat mengendalikan diri ketika marah
atau ketika syahwatnya naik.” [8]
c. Akhlak Mahmudan dan Akhlak
Madzmumah
1.
Akhlak
Mahmudah
Akhlak
Mahmudah adalah “Baik” dalam bahsa arab disebut “khair”, dalam bahasa inggris
disebut “good”. Dari beberapa kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian
“baik” sebagai berikut :
a) Baik berarti sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan.
b) Baik berarti yang menimbulkan rasa keharuan
dalam keputusan, kesenangan persesuaian, dst.
c) Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai
kebenaran atau nilai yang diharapkan dan member keputusan.
d) Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia
mendatangkan rahmat, member perasaan senang atau bahagia, bila ia dihargai
secara positif
Jadi, akhlakul karimah berarti
tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang
kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.
Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan masyarakat luas
karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai sesamanya.
Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan ahklak
sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan
sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya.
2.
Pengertian
akhlak mazmumah
Akhalak mazmumah ialah perangai atau tingkah
laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan orang lain, atau dapat dikatakan juga akhlak yang buruk.
Dalam
beberapa kamus dan ensiklopedia dihimpun pengertian “buruk” sebagai berikut:
a.
Rusak
atau tudak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek.
b.
Perbuuatan yang tidak sopan, kurang ajar,
jahat, tidak menyenangkan.
c.
Segala
yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus, perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma atau agama, adat istiadat, dan masyarakat yang
berlaku.
3.
Macam-macam
Akhlak Mahmudah
a) Bersifat baik
b) Bersifat benar
Benar ialah memberitahukan
(menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa-apa yang terjadi.
c) Bersifat amanah
Amanah ialah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan atau kejujuran.
d) Bersifat adil
Sesuatu bisa dikatakan adil
apabila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memerikan hak
orang lain tanpa mengurangi haknya.
e) Bersifat kasih sayang
Pada dasarnya sifat kasih sayang
(ar-rahman) adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhlukNya. Ruang
lingkup ar-rahman dapat diutarakan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
Kasih sayang dalam lingkungan keluarga
Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan masyarakat
Kasih sayang dalam lingkungan bangsa
Kasih sayang dalam lingkungan keagamaa
f) Bersifat hormat
Hormat (al-iqtishad) ialah
mengguanakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu, dan tenaga
menurut ukuran keperluan. Mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak
berlebihan.
g) Bersifat berani
Berani bukanlah semata-mata
berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat
menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
h) Bersifat kuat
Kuat termasuk dalam rangkaian
fadhilah akhlakul karimah yaitu kekuatan pribadi manusia yang meliputi kekuatan
fisik dan jasmani, kekuatan jiwa dan akal.
i) Bersifat malu
Malu adalah malu terhadap Allah
dan malu kepada dirinya sendiri apabila melanggar peraturan=peraturan Allah.
j) Menjaga kesucian diri adalah
menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan perbuatan keji lainnya. Hal ini
dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana
dan angan-angan yang buruk.
k) Menepati janji
Janji ialah suatu ketetapan yang
dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri
untuk dilaksanakan sesuatu ketetapannya.
4.
Macam-macam
Akhlak Madzmummah
a) Sifat
dengki
Dengki
menurut bahasa (etmologi) berarti menaruh perasaan marah karena sesuatu yang
amat sangat kepada kekurangan orng lain.
b) Sifat
iri hati
Iri berarti
merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang
lain beruntung , cemburu dengan keberuntungan orang lain, tidak rela apabila
orang lain mendapat nikmat dan kebahagiaan.
c) Sifat
angkuh
Sombong
yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha menutupi
dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih
kaya, lebih pintar, lebih dihormati, dan lebih beruntung dari yang lainnya.
d) Sifat
riya
Riya yaitu
berbuat amal karena didasarkan ingin mendapat pujian dari orang lain, agar
dipercayai orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin dilihat orang
lain.
BAB
III
1. Kesimpulan
suatu
hal dapat dikatakan baik apabila baik untuk tujuan kita yang kekal, walaupun
menyusahkan diwaktu sekarang, dan merupakan perbuatan yang benar menurut agama
dan sosial. Sedangkan buruk apabila hal tersebut akan menghambat untuk mencapai
tujuan kita dan tidak memberikan kemanfaatan bagi kita untuk di waktu yang akan
datang.
Keutamaan
Akhlak menurut Hamka terbagi menjadi empat bagian utama yaitu, Al-Hikmah,
As-Saja’ad, Al-‘Iffah, dan Al-‘Adalah.
Akhlah
terbagi menjadi dua yaitu Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmummah.
a.
Akhlak
Mahmudah adalah akhlak yang baik, dan beikut beberapa macamnya:
-
Bersifat baik
-
Bersifat
benar
-
Bersifat
amanah
-
Bersifat
adil
-
Bersifat
kasih sayang
-
Barsifat
hormat
-
Bersifat
berani
-
Bersifat
kuat
-
Bersifat
malu
-
Menjaga
diri
-
Menepati
janji
b.
Akhlak
Madzmummah akhlak yang buruk atau tercela, dan berikut beberapa macamnya:
-
Sifat
dengki
-
Sifat
iri hati
-
Sifat
angkuh
-
Sifat
riya
DAFTAR
PUSTAKA
Djatnika,
Rachmat.1992. Sistem etika islam. Jakarta.
Pustaka Panjimas
Hamka.1956.
Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
______.1984.
Falsafah Hidup. Jakarta. : Pustaka
Panjimas
Haris, Abd. 2010. Etika
Hamka. Yogyakarta: L
[1] Rachnat Djatnika, Sistem etika islam, PUSTAKA PANJIMAS,
Jakarta.1992, cet ke-2, hal 34
[2] Hamka, Pelajaran Agama Islam, BULAN BINTANG,
Jakarta. 1956, hal. 185
[3] Rachmat
Djatnika, Sistem Etika Islam,.......hal.
34-35
[4] Abd.
Haris, Etika Hamka, LKIS, yogyakarta.
2010, hal. 111
[5] Abd.
Haris, Etika Hamka,.....hal. 122
[6] Hamka, Falsafah Hidup, PUSTAKA PANJIMAS,
jakarta, 1984. Hal. 83
[7] Abd.
Haris, Etika Hamka,.....hal. 123
[8] Abd.
Haris, Etika Hamka,.....hal. 125
0 comments:
Post a Comment