KONSEP AL-QUR’AN TERHADAP TATA SURYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tata surya merupakan kumpulan
benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yaitu matahari dan semua objek
yang terikat oleh gaya gravitasinya. Benda-benda yang terpengaruh gravitasi
matahari adalah planet-planet beserta satelit,asteroid,komet dan meteor. Tata
surya terdiri atas matahari sebagai pusat peredaran dengan delapan planet, beberapa
satelit alam dan komet, serta ribuan komet dan asteroid serta jutaan meteor.
Dari semua benda langit tersebut hanya mataharilah yang memiliki sinar sendiri.
Sedangkan benda langit yang lainnya, sinar yang terpancar itu merupakan hasil
pantulan dari cahaya matahari. Itulah sedikit gambaran tentang tata surya. Oleh
karena itu,pada kesempatan kali ini kami membuat makalah yang berjudul “Konsep Al-Qur’an terhadap tata surya” dengan
harapan kita dapat memahami tata surya
kita secara utuh dan di kuatkan dengan Al-Qur’an.
2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknyatata surya kita ?
2. Seperti apakah pergerakan tata
surya kita?
3. Adakah ayat Al-Qur’an yang
mensinyalir tata surya?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Terbentuknya Tata Surya
1. Hipotesis Nebula
Hipotesis Nebula pertama kali dikemukakan
oleh Immanuel Kant pada tahun 1775 M. Kemudian Hipotesis ini disempurnakan oleh
Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796 M. Ia mengatakan bahwa tata surya itu
terbentuk dari kabut panas yang berpilin. Oleh karena itu,hipotesis ini lebih
dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant Laplace. Laplace menegaskan bahwa sistem
tata surya yang berasal dari kabut tersebut mengalami kondensasi. Pada proses
kondensasi tersebut ada sebagian kabut yang terpisah dari pusatnya. Sehingga
setelah mengalami proses kondensasi kabut tersebut mendingin dan akhirnya
membentuk planet-planet.
Sebenarnya pada tahap awal tata
surya masih berupa kabut raksasa. Proses pemuaian jagat raya sebagian besar
diantaranya masih terbuat dari hidrogen dan helium. Kedua unsur ini merupakan satu-satunya
elemen yang terbentuk dalam jumlah besar selama proses dentuman besar (big
bang) yang diyakini menandai awal terciptanya alam semesta.
Bintang-bintang seperti halnya
matahari lahir secara berkelompok dalam kompleks-kompleks awan besar yang termampatkan
yang dinamakan Nebula. Di lihat dari luar, sebuah Nebula nampak bulat dan suram,
namun dibagian dalamnya mereka teriluminasi dengan cemerlang oleh
bintang-bintang yang baru lahir. Setelah itu,bintang-bintang muda itu akan
melangkah keluar dari tempat kelahirannya di galaksi induknya.
Kabut ini terbentuk dari debu, es
dan gas yang kemudian disebut Nebula. Unsur dari gas sebagian besar berupa
hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya
menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan
perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke
sekeliling matahari.[1]
Maka akibat gaya gravitasi lalu
gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet
dalam. Dengan cara yang sama , planet luar juga terbentuk. Salah satu bentuk
adanya keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua buah satelit pada
Yupiter dan satu satelit pada Saturnus yang berputar berlawanan arah dengan
rotasi planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan satelit tersebut bukan
merupakan bagian dari planetnya jika disesuaikan dengan hipotesis Nebula.
Salah satu supernovayang terkenal
dicatat oleh para astronom China pada 4 Juli 1054 M adalah Nebula yang dikenal
sebagai Nebula Kepiting (Crab Nebula). Ini merupakan sisa dari ledakan yang
terjadi pada waktu itu. Dalam sebuah catatan itu disebutkan bahwa sebuah
bintang baru yang mereka sebut “bintang tamu” yang sebelumnya tidak pernah terlihat
mendadak muncul di rasi Taurus dan bersinar dengan sangat terang. Konon
sinarnya begitu terang sehingga dapat terlihat di siang hari,sementara di malam
hari orang bisa membaca hanya dengan mengandalkan sinarnya. Objek ini terlihat
hingga tiga bulan sebelum akhirnya lenyap begitu saja.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.Moulton pada tahun
1900. Hipotesis ini bertitik tolak pada pemikiran teori Nebula yang mana sistem
tata surya kita berawal dari kabut gas yang sangat besar yang mengalami
kondensasi. Perbedaannya terletak pada asumsi bahwa terbentuknya planet-planet itu
tidak harus dari satu badan, bahkan diasumsikan ada bintang besar lain yang lebih
kecil, kemudian kabut bintang lain tersebut terpengaruh oleh daya tarik
matahari dan setelah dingin terbentuklah benda-benda yang disebut sebagai
planetisimal.
Planetisimal merupakan sebuah
benda kecil yang padat, dengan adanya daya tarik menarik antar benda itu
sendiri, benda-benda kecil tersebut menggumpal menjadi benda yang besar dan
panas. Hal ini diakibatkan oleh tekanan akibat akumulasi dari massanya, dan
teori inilah yang mampu menjawab pertanyaan mengapa ada satelit-satelit pada Yupiter maupun Saturnus yang mempunyai
orbit yang berlawanan dengan rotasi planet-planet tersebut. Menurut teori ini
suatu ketika ada sebuah bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang
tidak terlalu jauh.[2]
Akibatnya terjadilah peristiwa
pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, dan sebagian massa
matahari tertarik ke arah bintang tersebut. Pada waktu bintang itu menjauh ,
menurut Chamberlain sebagian massa matahari itu jatuh kembali kepermukaan
matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa di sekitar matahari.
Teori ini pada prinsipnya juga hampir sama dengan teori pasang surut yang
dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917 M.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917 M.
Hipotesis ini sangat mirip dengan hipotesis planetisimal namun perbedaannya
terletak pada jumlah awalnya matahari. Teori ini menerangkan bahwa ratusan juta
tahun lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari dan kemudian menghilang,
pada saat itu sebagian matahari tertarik dan lepas, lepasan dari matahari
tersebut yang akhirnya membentuk planet-planet.
Tokoh pelopor hipotesis ini juga
melukiskan bahwa setelah bintang itu berlalu massa matahari yang lepas membentuk
sebuah cerutu yang menjorok ke arah bintang lalu akibat dari menjauhnya bintang
tersebut, massa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar
matahari. Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-planet.
Teori ini menjelaskan apa sebabnya planet-planet tengah seprti
Yupiter,Saturnus, Uranus, dan Neptunus disebut sebagai planet raksasa sedangkan
planet dibagian ujung seperti Merkurius dan Venus yang berada di dekat matahari
disebut sebagai planet kecil.[3]
4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973M) pada
tahun 1950 M. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis Bintang Kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001 M)pada
tahun 1956 M. Hipotesis ini mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa
dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya
meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Sepihan itu terperangkap oleh
grafitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.[4]
2.
Pergerakan Tata Surya
Ahli-ahli perbintangan Yunani kuno menganggap
bahwa bumi berbentuk bola dan pusat jagad raya adalah bumi.Pada abad V sebelum
Masehi ahli perbintangan Yunani, Anaxagoras berpendapat bahwa matahari,bumi,dan
planet-planet bukan sekedar cahaya tetapi merupakan benda padat seperti bumi.
Pada abadII Masehi ilmuan Yunani,Ptolemaeus
berpendapat bahwa bulan, matahari, bintang-bintang dan planet-planet
diperkirakan melalui jalan-jalan yang melingkar sempurna mengelilingi bumi.
Pada abad VI Masehi pemikir Yunani Heraclides
berpendapat bahwa bumi berputar seperti gasing dan planet-planet berputar mengelilingi
matahari. Namun,dia masih berpikir bahwa matahari dan keluarga planetnya
berputar mengelilingi bumi. Pada abad XV ahli perbintangan Polandia,Nicolaus
Copernicus menyatakan bahwa pusat jagad raya adalah matahari. Ia menyatakan
bahwa bumi bergerak mengarungi ruang angkasa mengelilingi matahari dan
berputar. Tycho Brahe menggabungkan sistem Ptolemaeus dan Copernicus yang
menyatakan bahwa berbagai planet lainnya berputar mengelilingi matahari dan
seterusnya matahari mengelilingi bumi.
Galileo seorang ilmuan Italia menggunakan teleskop
untuk mengamati matahari,planet,dan bulan. Ia berpendapat bahwa bulan, seperti
halnya dengan bumi mempunyai lembah-lembah dan gunung-gunung. Selain itu ia
juga mengamati bulan-bulan, Jupiter, dan bintang-bintang yang ada di langit.
Pada abad XVII M,ilmuan Inggris Isaac Newton
mengembangkan hukum gravitasi yang menyatakan semua benda ditarik ke arah semua
benda lainnya oleh kekuatan gravitasi. Besarnya kekuatan gravitasi tergantung
dari banyaknya zat yang ada di dalamnya dan jarak diantaranya. Hukum Newton
menerangkan mengapa orbit planet dan bulan berbentuk elips serta gerakan semua
benda dalam jagad raya. Hukum ini bertahan sampai abad XX.[5]
3. Ayat yang Mensinyalir Tata Surya
1)
Surat Yaasin ayat 37 - 40
وَآيَةٌ لَّهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ
مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ (37)
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ
لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيم (38)
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ
حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39)
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن
تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ (40)
Artinya :
(37) Dan suatu
tanda-tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami
tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam
kegelapan.
(38) Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(39) Dan telah
Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke
manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
(40) Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing
beredar pada garis edarnya.
Tafsirnya : Allah berfirman, bahwa di antara tanda-tanda wujud dan
kekuasaan-Nya, ialah adanya malam dan siang yang silih berganti, malam dengan
gelapnya dan siang dengan terangnya, dan adanya matahari yang berjalan di
tempat peredarannya, serta bulan yang telah di tetapkan manzilah-manzilahnya
terbit pada awal bulan kecil berbentuk sabit, kemudian setelah menempati
manzilah-manzilah dia menjadi purnama kemudian pada manzilah terakhir ia
kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. Masing-masing dari matahari,
bulan, malam dan siang telah diatur demikian sehingga tidak mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang,
masing-masing beredar pada garis edarnya yang telah ditetapkan dan takdir Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[6]
2)
Surat Yunus ayat 5
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ
ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ
وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ
الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5)
Artinya :
(5) Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Tafsirnya : Allah Ta’ala telah menetapkan tempat-tempat
perjalanan bulan itu mengikut waktunya melalui peredarannya.Tiap-tiap satu
malam mengedari satu tempat perhentian (منزلة) sedikitpun tidak berselisih. Tempat-tempat perhentian bulan
itu banyaknya 28 manzilah yang dikenal oleh orang-orang arab akan namanya
masing-masing. Bulan itu dapat dilihat dengan mata kasar selama 28 malam
kecuali satu atau dua malam sahaja dalam satu bulan, bulan itu tidak kelihatan
kerana terlindung.Dengan menetapkan perjalanan matahari terbukti dalam
mengetahui bilangan tahun Masehi dan juga tahun Hijrah, bila masanya bermula
dan berakhir pula, kamu dapat menghitung perkiraan bulan, minggu, hari dan masa
siang dan malam.Terdapat pada negeri-negeri yang apabila waktu musim panas,
maka waktu siang menjadi panjang tetapi apabila musim sejuk, waktunya pendek
pula.Faedah-faedah dari perubahan matahari dan bulan boleh menjadi pedoman
untuk menetapkan waktu-waktu di dalam menunaikan perkara ibadat, waktu siang
bermula puasa, dan mula mengerjakan haji.Segala kejadian yang Allah menjadikan
semuanya tidaklah menjadi sia-sia malahan dapat menunjukkan tentang
kekuasaannya dan menjadi bukti tentang keesaannya.Diterangkan
keterangan-keterangan yang mengenai keesaan Allah kepada kamu yang mengetahui
dan memahami sesuatu dalil sehingga mereka dapat membezakan di antara
yang benar dengan yang salah dan yang berfaedah dengan yang mendatangkan mudharat.[7]
3)
Surat Sajdah ayat 4
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ
أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (4)
Artinya :
(4) Allah lah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di
atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?
Tafsirnya : Allah berfirman bahwa dia telah meciptakan langit dan bumi dan
segala apa yang di atara keduanya dalam tempo enam hari (masa) kemudian
bersemanyamlah Dia di atas Arsy. Sesungguhnya tidak ada lagi bagi kamu selain
Dia seorang penolong dan seorang pemberi syafaat kecuali sesudah memperoleh
izin-Nya, karena Dia adalah Maha Pencipta dan Dialah Maha Kuasa.[8]
4)
Surat Al Anbiya ayat 30– 33
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ
رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ
يَهْتَدُونَ (31)
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا
مَّحْفُوظًا ۖ وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ (32)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (33)
Artinya :
(30)Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya, dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman ?
(31)Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang
kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan
(pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
(32)Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah)
yang terdapat padanya.
(33)Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya.
Tafsirnya : Allah berfirman menunjukkan kekuasaan-Nya yang sempurna dan
penciptaan-Nya yang Maha Luas, “Apakah orang-orang kafir yang
mengingkari ketuhanan-Nya Yang Maha Esa dan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya
tidak melihat tidak merenungkan penciptaan Tuhan, langit dan bumi yang
dahulunya adalah padt dan kemudian di pisahkan menjadi langit dan bumi tujuh
lapis, dan di pisahkannya langit gdari bumi dengn awan, lalu diturunkanlah
hujan dari langit dan ditumbuhkanlah tumbuh-tumbuhan di bumi serta serta
dijadikannya air sebagai sumber hidup tiap sesuatu yang hidup. Dan dijadikan di
bumi gunung-gunung yang kokoh untuk mencegah agar bumi tidak guncang bersama
penghuninya dan di antara gunung-gunung itu dibukakan jalan-jalan yang luas
yang menghubungkan satu negeri dengan negeri lain dan sebuah kota dengan kota
lain. Langit dijadikannya sebagai atap yang terpelihara dan tidak dapat di
jangkau bagi bumi, kemudian dibaginyalah waktu menjadi malam yang gelap dan
siang yang terang dengan matahari dan bulan yang masing-masing beredar di dalam
garis-garis edarnya sendiri.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwa beliau berkata kepada
Rosululloh SAW “Ya Rosululloh, bila aku
melihatmu aku merasa senang sekali di hatiku, maka cobalah beritahukan aku akan
segala sesuatu”. Rosululloh SAW
menjawab :
كل شىء خلق من ماء
5)
Surat Adz Dzariyat ayat 47
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنهَا بِأَيْدٍ
وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (47)
Artinya :
(47) Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan
(Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.
Tafsinya : Ayat ini mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah bahwa Allah
menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Kata وَالسَّمَاءَpada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu
yang ada di langit dan menaungi, maka benda-benda langit seperti galaksi, tata
surya, planet dan bintang disebut langit juga. Bagian alam ini terlihat luas
tak terbatas. Firman-Nya “ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ” artinya kami meluaskan
alam itu dengan sangat luasnya sejak diciptakan. Meluasnya alam berlangsung
seperti masa. Dalam ilmu pengetahuan modern di kenal sebagia teori Ekspansi,
bahwa Nebula di luar galaksi kita menjauh dari kita dengan kecepatan yang
berbeda-beda, bahkan menjauh.Dengan pemahaman di atas maka kata وَإِنَّا لَمُوسِعُونَdimaknai sebagai “Sesungguhnya Kami Maha Memperluas yakni
alam raya ini”[10]
DAFTAR PUSTAKA
Slamet Hambali,Pengantar Ilmu Falak,(Banyuwangi
: Bismillah Publisher,2012)
Pabunda Tika,Hermanto,Amin,Anik Arofah,Geografi,(Jakarta
: PT Bumi Aksara,2013)
Fransiska Hening,S.Si,Modul Geografi,(Pati
: MGMP GEOGRAFI,2013)
H Salim Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah
Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 5, (Surabaya : PT Bina Ilmu)
H Salim Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah
Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 6, (Surabaya : PT Bina Ilmu)
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,
Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2004) Cet.
2, Vol. 8
http://www.gjoole.com/surahyunusayat56.htm
[1] Slamet
Hambali,Pengantar Ilmu Falak,(Banyuwangi
: Bismillah Publisher,2012),Hlm.98
[2]Ibid, Hlm.99
[3]Ibid,Hlm.100
[4]Ibid,Hlm.101
[5] Pabunda
Tika,Hermanto,Amin,Anik Arofah,Geografi,(Jakarta
: PT Bumi Aksara,2013),Hlm.42
[6] H Salim
Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 6, (Surabaya
: PT Bina Ilmu), Hlm. 409-410
[7]http://www.gjoole.com/surahyunusayat56.htm
[8] H Salim
Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 6, (Surabaya
: PT Bina Ilmu), Hlm. 272-273
[9] H Salim
Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 5, (Surabaya
: PT Bina Ilmu), Hlm. 305-306
[10] M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta
: Lentera Hati, 2004) Cet. 2, Vol. 8, Hlm. 351-352
0 comments:
Post a Comment